Taman Nasional Gunung Kerinci
Gunung Kerinci merupakan gunung api tertinggi di Indonesia yang dikelilingi hutan Taman Nasional Kerinci Seblat dan juga merupakan bagian dari pegunungan Bukit Barisan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Keindahan dan kemegahan alamnya dijuluki sebagai "Sekepal Tanah Surga yang tercampakkan ke Bumi".
Gunung setinggi 3.805 meter diatas pemukaan laut tersebut memanjang dari utara ke selatan dengan lebar 13 km dan panjang 23 km. Kawahnya seluas 600 meter berada di sisi timur laut puncak gunung dengan air berwarna kekuningan yang memukau.
Di kawasan gunung ini tumbuh beragam flora seperti pohon mahoni, bunga raflesia, suweg raksasa (Amorphophallus titanum). Untuk fauna yang ada di dalamnya adalah tapir (Tapirus indicus), kus-kus (Tarsius bancanus), gajah, siamang, gibbon, monyet ekor panjang, dan juga ada sekira 140 jenis burung.
Gunung Kerinci termasuk salah satu gunung yang digemari pecinta alam dan pendaki dari Nusantara maupun mancanegara. Jalur pendakiannya terbilang lengkap mulai dari jalur beraspal, jalur aliran sungai kecil, jalur berbatu cadas, jalur pasir, jalur dengan rumput dan pepohonan tinggi, hingga jalur tanjakan dengan kemiringan 60 derajat.
Pendakian menuju puncak Gunung Kerinci memakan waktu selama dua hari. Untuk itu Anda sangat perlu persiapan cermat dan membawa perlengkapan pendakian. Selama pendakian dipastikan akan Anda temui berbagai hal menantang, mulai dari bentuk jalur pendakian, satwa penghuni hutan Gunung Kerinci, serta berbagai jenis pepohonan dan semak liar hijau.
Pendakian ke puncak Gunung Kerinci akan memberi Anda sensasi dan pengalaman yang sulit diungkapkan kata-kata. Kicauan burung, suara binatang hutan, hingga merasakan segarnya air gunung membasahi dahaga saat pendakian.
Setibanya di puncak maka tidak ada yang bisa menandingi upah dari pendakian yang melelahkan yaitu sensasi kepuasan batin. Anda akan merasa sangat kecil di hadapan alam semesta ini dengan nuansa pepohonan lebat tinggi membenamkan rasa bahwa Bumi adalah rumah sejati Anda yang perlu dijaga.
Pemandangan luar biasa indah diatapi cakrawala membentang biru. Anda akan menyaksikan kawah Gunung Kerinci, lanskap Kota Jambi, Padang, Bengkulu, Danau Kerinci, dan Danau Gunung Tujuh, bahkan juga Samudera Hindia yang membentang indah di kejauhan. Inilah sebuah pengalaman yang tidak bisa dibayar dengan sejumlah uang.
Rumah Adat Jambi
Rabu, 03 Desember 2014
Senin, 01 Desember 2014
Makanan Khas Jambi | Kuliner
Makanan Khas Jambi
Masyarakat Jambi melekat erat dengan adat dan tradisinya, di sini Anda akan mendapatkan beragam santapan, mulai dari jajanan hingga masakan tradisional yang hanya Anda dapat di Jambi seperti tempoyak dan tepék. Tentunya ada juga hidangan bertaraf internasional di beberapa restaurant dan hotel berbintang.
Gulai Ikan Patin adalah masakan yang populer di masyarakat Jambi. Gulai ini dimasak dengan menggunakan tempoyak yaitu daging buah durian yang telah difermentasi. Tetapi ada sebagian orang yang memilih untuk mengganti tempoyak dengan santan kelapa untuk menghindari bau dan rasa tempoyak yang cukup menyengat. Selain tempoyak bumbu lain yang digunakan dalam pembuatan Gulai Ikan Patin ini adalah cabe merah, lengkuas, serai, kunyit, bawang merah dan bawang putih.
Rumah Adat Jambi
Padamaran, makanan ini terbuat dari tepung beras, santan dan gula merah sebagai pemanis. Bahan-bahan ini kemudian ditempatkan di sebuah cup yang terbuat dari daun pisang, lalu dikukus hingga matang. Warna hijau dan aroma yang khas dari makanan ini berasal dari daun pandan yang ditumbuk dan diambil sarinya.
Dendeng Batokok adalah irisan daging sapi yang direbus dalam air kelapa yang telah dibumbui bawang putih dan jahe. Air kelapa berguna untuk mengempukan daging. Setelah cukup empuk daging ditiriskan lalu di memerkan dengan cara dipukul-pukul dengan palu,selanjutnya daging ini dibakar. Setelah matang daging ini dicampur dengan sambal merah. Masakan ini berasal dari Kabupaten Kerinci, kawasan dataran tinggi di Provinsi Jambi. Masakan ini sangat cocok dimakan bersama nasi dari beras payo.
Nasi Minyak adalah beras yang dimasak bersama susu, saos tomat, minyak samin dan rempah-rempah seperti jahe, jintan manis, jintan putih, kayu manis dan cengkih. Pengaruh masakan Arab terasa sangat kental pada makanan ini. Nasi minyak biasanya disajikan pada acara-acara khusus seperti pesta pernikahan, acara cukuran anak dan acara khusus lainnya. Nasi minyak ini disajikan bersama dengan kari sapi atau ayam dengan tambahan acar timun, sambal nanas, kerupuk udang dan taburan bawang goreng.
Masyarakat Jambi melekat erat dengan adat dan tradisinya, di sini Anda akan mendapatkan beragam santapan, mulai dari jajanan hingga masakan tradisional yang hanya Anda dapat di Jambi seperti tempoyak dan tepék. Tentunya ada juga hidangan bertaraf internasional di beberapa restaurant dan hotel berbintang.
Gulai Ikan Patin adalah masakan yang populer di masyarakat Jambi. Gulai ini dimasak dengan menggunakan tempoyak yaitu daging buah durian yang telah difermentasi. Tetapi ada sebagian orang yang memilih untuk mengganti tempoyak dengan santan kelapa untuk menghindari bau dan rasa tempoyak yang cukup menyengat. Selain tempoyak bumbu lain yang digunakan dalam pembuatan Gulai Ikan Patin ini adalah cabe merah, lengkuas, serai, kunyit, bawang merah dan bawang putih.
Rumah Adat Jambi
Padamaran, makanan ini terbuat dari tepung beras, santan dan gula merah sebagai pemanis. Bahan-bahan ini kemudian ditempatkan di sebuah cup yang terbuat dari daun pisang, lalu dikukus hingga matang. Warna hijau dan aroma yang khas dari makanan ini berasal dari daun pandan yang ditumbuk dan diambil sarinya.
Dendeng Batokok adalah irisan daging sapi yang direbus dalam air kelapa yang telah dibumbui bawang putih dan jahe. Air kelapa berguna untuk mengempukan daging. Setelah cukup empuk daging ditiriskan lalu di memerkan dengan cara dipukul-pukul dengan palu,selanjutnya daging ini dibakar. Setelah matang daging ini dicampur dengan sambal merah. Masakan ini berasal dari Kabupaten Kerinci, kawasan dataran tinggi di Provinsi Jambi. Masakan ini sangat cocok dimakan bersama nasi dari beras payo.
Nasi Minyak adalah beras yang dimasak bersama susu, saos tomat, minyak samin dan rempah-rempah seperti jahe, jintan manis, jintan putih, kayu manis dan cengkih. Pengaruh masakan Arab terasa sangat kental pada makanan ini. Nasi minyak biasanya disajikan pada acara-acara khusus seperti pesta pernikahan, acara cukuran anak dan acara khusus lainnya. Nasi minyak ini disajikan bersama dengan kari sapi atau ayam dengan tambahan acar timun, sambal nanas, kerupuk udang dan taburan bawang goreng.
Minggu, 30 November 2014
Sejarah Jambi
Sejarah Jambi
Jambi merupakan pusat Kerajaan Melayu Kuno. Jambi dipengaruhi kebudayaan Melayu sejak abad ke-7, namun dibayangi oleh kerajaan tetangga yang besar pada saat itu yaitu Kerajaan Sriwijaya. Yi Tsing menghabiskan waktu di Melayu dan dari catatannya dapat disimpulkan bahwa wilayah ini dulu disebut Chan Pi oleh Cina. Melayu lalu menjadi daerah kekuasaan Sriwijaya hingga Majapahit mengambil alih kerajaan ini. Berikutnya masyarakat Minangkabau Sumatra Barat mengklaim bahwa wilayah ini adalah miliknya setelah runtuhnya Majapahit. Abad ke-17, VOC bersekutu dengan Sultan Muhammed Nakhruddin dan membuat Belanda berhasil memonopoli perdagangan merica di wilayah ini hingga terbebas tahun 1901.
Rumah Adat Jambi
Jambi merupakan pusat Kerajaan Melayu Kuno. Jambi dipengaruhi kebudayaan Melayu sejak abad ke-7, namun dibayangi oleh kerajaan tetangga yang besar pada saat itu yaitu Kerajaan Sriwijaya. Yi Tsing menghabiskan waktu di Melayu dan dari catatannya dapat disimpulkan bahwa wilayah ini dulu disebut Chan Pi oleh Cina. Melayu lalu menjadi daerah kekuasaan Sriwijaya hingga Majapahit mengambil alih kerajaan ini. Berikutnya masyarakat Minangkabau Sumatra Barat mengklaim bahwa wilayah ini adalah miliknya setelah runtuhnya Majapahit. Abad ke-17, VOC bersekutu dengan Sultan Muhammed Nakhruddin dan membuat Belanda berhasil memonopoli perdagangan merica di wilayah ini hingga terbebas tahun 1901.
Rumah Adat Jambi
Kamis, 27 November 2014
Situs Muarojambi
Situs Muarojambi
Situs Kepurbakalaan Muarojambi merupakan tempat peninggalan purbakala terluas di Indonesia, membentang dari Barat ke Timur sejauh 7,5 km di Tepian Sungai Batang Hari dengan luas kurang lebih 12 kilometer persegi. Sebagian kecil berada di Barat Sungai Batang Hari. Tinggalan di sisi Timur Sungai masuk wilayah administratif Desa Muarojambi dan Desa Danau Lamo. Sedangkan di Barat Sungai berada di Desa Kemingking Dalam, Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muarojambi.
Rumah Adat Jambi
Situs Purbakala Kompleks Percandian Muarojambi terletak sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi di tanggul alam kuno Sungai Batanghari. Situs ini mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai. Situs ini berisi 61 candi yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah (menapo) yang belum diokupasi. Dalam kompleks percandian ini terdapat pula beberapa bangunan pengaruh agama Hindu.
Candi Muarojambi diperkirakan berasal dari abad ke-11 M dibangun pada zaman Kerajaan Sriwijaya. Candi Muarojambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Situs Percandian Muarojambi merupakan satu kawasan kompleks pusat pendidikan Agama Budha.
Candi Muarojambi merupakan warisan budaya bernilai tinggi dimana bangunan-bangunan candi dan bekas reruntuhannya menunjukkan bahwa di masa lalu Percandian Muarojambi pernah menjadi pusat peribadatan agama Budha Tantri Mahayana. Hal ini terlihat dari ragam temuan sarana ritual seperti, Arca Prajnaparamita, reruntuhan stupa, arca gajah singha, wajra besi serta tulisan-tulisan mantra yang dipahatkan pada lempengan emas atau digoreskan pada bata. Diantara bata-bata yang bertulis terdapat suku kata 'Wijaksana'’, kemudian sebutan 'wajra'pada lempengan emas, serta aksara nagari pada batu permata berbunyi 'tra-tra'.
Penemuan lain berupa manik-manik, perhiasan, tembikar, pecahan genting, dan sisa-sisa peralatan rumah tangga yang menunjukkan bahwa kawasan yang mengelilingi kompleks percandian ini juga pernah menjadi kawasan pemukiman, diduga kuat merupakan tempat bermukimnya para biksu dan pelajar Budha di masa lalu.
Selain itu, di situs ini juga ditemukan peninggalan berupa keramik dari Cina masa Dinasti Song (abad ke 11-12 Masehi), yang mengindikasikan adanya hubungan internasional yang telah terjadi pada masa itu. Sementara penemuan keramik Eropa abad ke-19 membenarkan adanya ekskavasi yang pernah dilakukan oleh Perwira Inggris dan sarjana Belanda abad ke 19-20.
Berdasarkan aksara Jawa Kuno pada beberapa lempeng peninggalan diperkirakan berkisar dari abad ke-9-12 Masehi. Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah dipugar dan kesemuanya bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano. Dari sekian banyaknya penemuan yang ada daerah itu diperkirakan dahulu wilayah ini menjadi tempat bertemunya berbagai budaya. Ada manik-manik yang berasal dari Persia, Republik Rakyat Cina, dan India. Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas dengan diketemukannya lempeng-lempeng bertuliskan "wajra" pada beberapa candi yang membentuk mandala.
Di dalam kompleks situs tidak hanya terdapat candi tapi juga menyimpan aneka artefak kuno seperti arca, keramik, manik-mani, mata uang kuno dll. Ada 8 kompleks percandian, kolam kuno, yang oleh penduduk setempat dinamai Kolam Telago Rajo, serta diperkirakan lebih dari 60 buah menapo yaitu gundukan tanah reruntuhan sisa bangunan kuno.
Pada mulanya situs Muarojambi tidak banyak dikenal orang dan hanya diketahui penduduk setempat. Baru pada tahun 1820, secara terbatas situs ini mulai terungkap setelah kedatangan S.C. Crooke, seorang perwira Inggris ketika bertugas untuk pemetaan Sungai Batanghari. Ia mendapat laporan dari penduduk setempat tentang adanya peninggalan kuno di Desa Muarojambi. Selanjutnya tahun 1935-1936, seorang sarjana Belanda yang bernama F.M. Schnitger, dalam ekspedisi purbakalanya di wilayah Sumatera sempat melakukan penggalian terhadap situs Muarojambi. Sejak itu Muarojambi mulai dikenal dan mulai 1976 sampai saat ini, secara serius dan bertahap, dilakukan penelitian dan preservasi arkeologi untuk menyelamatkan situs dan peninggalan bersejarah di situs Muarojambi ini. Candi ini saat ditemukan merupakan batu merah yang tetumpuk. Beberapa tertumpuk membentuk stupa seperti layaknya candi Budha lainnya.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi telah mendaftarkan CandiMuarojambi sebagai salah satu warisan dunia ke organisasi internasional Unesco di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Langkah ini merupakan upaya untuk menjadikan situs Candi Muarojambi sebagai salah satu warisan dunia. Nomor registrasi untuk Candi Muarojambi adalah 5695, bahkan Candi Muarojambi sudah menjadi nomor satu dari sekian banyak kekayaan budaya di Indonesia yang diajukan ke Unesco sebagai warisan dunia. Dampak positif dari pengajuan ini kawasan kunjungan wisata akan meningkat di Provinsi Jambi. Selain itu, sastrawan, ilmuan, dan para penulis akan banyak berdatangan untuk meneliti dan menulis tentang candi ini.
Sejak pertengahan tahun 2007, usaha pemugaran dan pembangunan candi dari reruntuhan menapo berhasil ditemukan kembali dilakukan. Pemanfaatan kembali situs ini sebagai bagian dari upacara hari-hari besar keagamaan Agama Budha telah dilaksanakan, bahkan situs ini menjadi pusat pelaksanaan perayaan Waisak yang masuk dalam agenda Nasional disamping Borobudur.
Situs Kepurbakalaan Muarojambi merupakan tempat peninggalan purbakala terluas di Indonesia, membentang dari Barat ke Timur sejauh 7,5 km di Tepian Sungai Batang Hari dengan luas kurang lebih 12 kilometer persegi. Sebagian kecil berada di Barat Sungai Batang Hari. Tinggalan di sisi Timur Sungai masuk wilayah administratif Desa Muarojambi dan Desa Danau Lamo. Sedangkan di Barat Sungai berada di Desa Kemingking Dalam, Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muarojambi.
Rumah Adat Jambi
Situs Purbakala Kompleks Percandian Muarojambi terletak sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi di tanggul alam kuno Sungai Batanghari. Situs ini mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai. Situs ini berisi 61 candi yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah (menapo) yang belum diokupasi. Dalam kompleks percandian ini terdapat pula beberapa bangunan pengaruh agama Hindu.
Candi Muarojambi diperkirakan berasal dari abad ke-11 M dibangun pada zaman Kerajaan Sriwijaya. Candi Muarojambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Situs Percandian Muarojambi merupakan satu kawasan kompleks pusat pendidikan Agama Budha.
Candi Muarojambi merupakan warisan budaya bernilai tinggi dimana bangunan-bangunan candi dan bekas reruntuhannya menunjukkan bahwa di masa lalu Percandian Muarojambi pernah menjadi pusat peribadatan agama Budha Tantri Mahayana. Hal ini terlihat dari ragam temuan sarana ritual seperti, Arca Prajnaparamita, reruntuhan stupa, arca gajah singha, wajra besi serta tulisan-tulisan mantra yang dipahatkan pada lempengan emas atau digoreskan pada bata. Diantara bata-bata yang bertulis terdapat suku kata 'Wijaksana'’, kemudian sebutan 'wajra'pada lempengan emas, serta aksara nagari pada batu permata berbunyi 'tra-tra'.
Penemuan lain berupa manik-manik, perhiasan, tembikar, pecahan genting, dan sisa-sisa peralatan rumah tangga yang menunjukkan bahwa kawasan yang mengelilingi kompleks percandian ini juga pernah menjadi kawasan pemukiman, diduga kuat merupakan tempat bermukimnya para biksu dan pelajar Budha di masa lalu.
Selain itu, di situs ini juga ditemukan peninggalan berupa keramik dari Cina masa Dinasti Song (abad ke 11-12 Masehi), yang mengindikasikan adanya hubungan internasional yang telah terjadi pada masa itu. Sementara penemuan keramik Eropa abad ke-19 membenarkan adanya ekskavasi yang pernah dilakukan oleh Perwira Inggris dan sarjana Belanda abad ke 19-20.
Berdasarkan aksara Jawa Kuno pada beberapa lempeng peninggalan diperkirakan berkisar dari abad ke-9-12 Masehi. Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah dipugar dan kesemuanya bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano. Dari sekian banyaknya penemuan yang ada daerah itu diperkirakan dahulu wilayah ini menjadi tempat bertemunya berbagai budaya. Ada manik-manik yang berasal dari Persia, Republik Rakyat Cina, dan India. Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas dengan diketemukannya lempeng-lempeng bertuliskan "wajra" pada beberapa candi yang membentuk mandala.
Di dalam kompleks situs tidak hanya terdapat candi tapi juga menyimpan aneka artefak kuno seperti arca, keramik, manik-mani, mata uang kuno dll. Ada 8 kompleks percandian, kolam kuno, yang oleh penduduk setempat dinamai Kolam Telago Rajo, serta diperkirakan lebih dari 60 buah menapo yaitu gundukan tanah reruntuhan sisa bangunan kuno.
Pada mulanya situs Muarojambi tidak banyak dikenal orang dan hanya diketahui penduduk setempat. Baru pada tahun 1820, secara terbatas situs ini mulai terungkap setelah kedatangan S.C. Crooke, seorang perwira Inggris ketika bertugas untuk pemetaan Sungai Batanghari. Ia mendapat laporan dari penduduk setempat tentang adanya peninggalan kuno di Desa Muarojambi. Selanjutnya tahun 1935-1936, seorang sarjana Belanda yang bernama F.M. Schnitger, dalam ekspedisi purbakalanya di wilayah Sumatera sempat melakukan penggalian terhadap situs Muarojambi. Sejak itu Muarojambi mulai dikenal dan mulai 1976 sampai saat ini, secara serius dan bertahap, dilakukan penelitian dan preservasi arkeologi untuk menyelamatkan situs dan peninggalan bersejarah di situs Muarojambi ini. Candi ini saat ditemukan merupakan batu merah yang tetumpuk. Beberapa tertumpuk membentuk stupa seperti layaknya candi Budha lainnya.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi telah mendaftarkan CandiMuarojambi sebagai salah satu warisan dunia ke organisasi internasional Unesco di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Langkah ini merupakan upaya untuk menjadikan situs Candi Muarojambi sebagai salah satu warisan dunia. Nomor registrasi untuk Candi Muarojambi adalah 5695, bahkan Candi Muarojambi sudah menjadi nomor satu dari sekian banyak kekayaan budaya di Indonesia yang diajukan ke Unesco sebagai warisan dunia. Dampak positif dari pengajuan ini kawasan kunjungan wisata akan meningkat di Provinsi Jambi. Selain itu, sastrawan, ilmuan, dan para penulis akan banyak berdatangan untuk meneliti dan menulis tentang candi ini.
Sejak pertengahan tahun 2007, usaha pemugaran dan pembangunan candi dari reruntuhan menapo berhasil ditemukan kembali dilakukan. Pemanfaatan kembali situs ini sebagai bagian dari upacara hari-hari besar keagamaan Agama Budha telah dilaksanakan, bahkan situs ini menjadi pusat pelaksanaan perayaan Waisak yang masuk dalam agenda Nasional disamping Borobudur.
Demografi Jambi
Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0,45° Lintang Utara, 2,45° Lintang Selatan dan antara 101,10°-104,55° Bujur Timur. Di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah Timur dengan Selat Berhala, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu. Kondisi geografis yang cukup strategis di antara kota-kota lain di provinsi sekitarnya membuat peran provinsi ini cukup penting terlebih lagi dengan dukungan sumber daya alam yang melimpah. Kebutuhan industri dan masyarakat di kota-kota sekelilingnya didukung suplai bahan baku dan bahan kebutuhan dari provinsi ini.
Luas Provinsi Jambi 53.435 km2 dengan jumlah penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2010 berjumlah 3.088.618 jiwa (Data BPS hasil sensus 2010) . Jumlah penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2006 berjumlah 2.683.289 jiwa (Data SUPAS Proyeksi dari BPS Provinsi Jambi. Jumlah Penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2005 sebesar 2.657.536 (data SUSENAS) atau dengan tingkat kepadatan 50,22 jiwa/km2. Tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 0,96% dengan PDRB per kapita Rp9.523.752,00 (Angka sementara dari BPS Provinsi jambi. Untuk tahun 2005, PDRB per kapita sebesar Rp8.462.353). Sedangkan sebanyak 46,88% dari jumlah tenaga kerja Provinsi Jambi bekerja pada sektor pertanian, perkebunan dan perikanan; 21,58% pada sektor perdagangan dan 12,58% pada sektor jasa. Dengan kondisi ketenagakerjaan yang sebagian besar masyarakat di provinsi ini sangat tergantung pada hasil pertanian,perkebunan sehingga menjadikan upaya pemerintah daerah maupun pusat untuk mensejahterakan masyarakat adalah melalui pengembangan sektor pertanian
Masyarakat Jambi merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari masyarakat asli Jambi, yakni Suku Melayu yang menjadi mayoritas di Provinsi Jambi. Selain itu juga ada Suku Kerinci di daerah Kerinci dan sekitarnya yang berbahasa dan berbudaya mirip Minangkabau. Secara sejarah dan budaya merupakan bagian dari varian Rumpun Minangkabau. Juga ada suku-suku asli pedalaman yang masih primitif yakni Suku Kubu dan Suku Anak Dalam. Adat dan budaya mereka dekat dengan budaya Minangkabau. Selain itu juga ada pendatang yang berasal dari Minangkabau, Batak, Jawa, Sunda, Cina, India dan lain-lain.
Langganan:
Postingan (Atom)